Bestmom.id, Tangerang – Masa kanak-kanak adalah masa di mana anak
belajar melakukan banyak hal untuk pertama kalinya. Masa tersebut adalah
periode di mana anak mempelajari hal baru yang bisa menjadi awal mula karakter
serta kepribadian anak hingga tumbuh dewasa.
Salah satu pembelajaran awal yang anak-anak bisa dapatkan di
masa kecilnya adalah pembelajaran untuk menggunakan toilet atau buang air.
Anak-anak, khususnya yang berusia di bawah 3 tahun, biasanya masih sering
mengompol atau buang air besar di popok atau celananya. Kebiasaan ini tentunya
harus dihilangkan selagi anak masih dalam masa pertumbuhan kan, Moms?
Itulah mengapa sebagai orang tua, kita harus bisa memberikan
anak kita toilet training. Apa itu toilet training?
Toilet training adalah proses
mengajarkan anak untuk bisa menggunakan toilet dan buang air sendiri, baik itu
buang air kecil maupun buang air besar.
Toilet training memiliki
banyak manfaat yang bisa berpengaruh untuk tumbuh kembang si kecil. Selain
melatih kemandirian anak, toilet training
juga bisa menjaga kesehatan anak untuk tidak menahan terlalu lama saat ingin
buang air. Tentunya, toilet training
ini juga bisa menghemat tenaga ibu untuk tidak terlalu banyak mengganti popok
dan mencuci celana si kecil.
Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mulai
melakukan toilet training pada anak,
seperti kesiapan dan kondisi anak. Toilet training
juga harus dilakukan dengan pendekatan yang tepat agar manfaatnya juga bisa
langsung dirasakan. Bagaimana melakukan toilet training yang benar dan apa saja manfaatnya bagi si kecil?
Bestmom.id telah merangkum informasinya untuk Anda. Simak selengkapnya di sini.
Pastikan Anak Sudah Siap Toilet Training
Toilet training
dianjurkan untuk dilakukan saat anak berusia 1 sampai 3 tahun. Namun perlu
diingat bahwa semua anak memiliki tahap pertumbuhan yang berbeda-beda. Itulah
mengapa Anda harus mengetahui kesiapan fisik dan mental anak sebelum memulai
toilet training.
Kesiapan fisik anak dapat terlihat dari gaya berekspresi
ketika menahan buang air, atau kondisi popoknya yang kering saat bangun tidur.
Ketika anak tidak buang air sama sekali sepanjang malam namun ingin ke toilet
di pagi hari juga merupakan tanda fisik kesiapan anak.
Kesiapan mental yang bisa Anda lihat dari si kecil sebelum
melakukan toilet training adalah
ketika anak meminta digantikan popoknya setelah buang air, preferensinya yang berubah
menjadi lebih suka memakai celana daripada popok, juga kemampuannya berkomunikasi
ketika hendak buang air.
Kenalkan Anak pada Toilet
Saat melakukan toilet training,
tentu Anda harus mengenalkan toilet kepada si kecil. Kenalkanlah tentang fungsi
closet, WC, serta cara mengambil air
atau membersihkan kotoran yang ada di toilet setelah buang air. Dengan begitu,
anak bisa mengetahui fungsi masing-masing peralatan di toilet untuk buang air
ataupun bersih-bersih.
Ajarkan Cara Berkomunikasi Jika Ingin Buang Air
Ketika anak masih kerap mengompol atau buang air besar di
popok atau celana, Anda bisa sembari mengingatkan bahwa mereka seharusnya
berbicara dan memberitahu kita jika ingin buang air. Ajarkan bahwa jika ingin
buang air maka harus ditahan dulu agar bisa diantar dan diawasi ke toilet.
Dengan begitu, kita juga bisa meningkatkan kemampuan anak berkomunikasi dengan
orang tuanya.
Ajarkan Anak Proses Buang Air di Toilet
Tahap yang paling penting tentunya mengajarkan anak cara buang
air yang bersih dan benar. Ajarilah anak cara duduk di closet, atau menggunakan pispot, atau buang air kecil pada
tempatnya. Masing-masng kamar mandi atau toilet memiliki ornamen serta
perabotan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pastikan bahwa anak Anda tau cara
buang air menggunakan perabotan tersebut.
Jangan lupa, pastikan juga keamanan si kecil terjamin, ya
Moms! Toilet adalah ruangan yang basah dan licin, sehingga anak harus tetap
diawasi di tahap awal toilet training.
Selain itu, Anda juga bisa mengajarkan cara membersihkan diri atau membersihkan
alat kelamin setelah buang air. Dengan begitu, anak bisa menjadi lebih peduli
dengan tahapan membersihkan diri setelah buang air. (GYS)