Bestmom.id,
Tangerang – Kemudahan teknologi sudah bisa dirasakan oleh
semua kalangan. Baik tua atau muda, pria atau wanita, hingga anak balita pun
kini sudah akrab dengan gawai. Hal ini wajar, karena di zaman yang serba digital
ini, untuk mendapatkan smartphone tidak
lah sulit. Sudah banyak toko-toko yang menawarkan aneka gawai beragam lengkap
dengan fitur uniknya masing-masing.
Bagai pisau bermata
dua, kehadiran smartphone memiliki
dampak positif dan negatif bagi para penggunanya. Hadirnya telpon genggam
pintar memudahkan penggunanya untuk mencari informasi sehari-hari. Selain itu, smartphone juga menjadi barang yang
sangat penting dan sudah menjadi kebutuhan hampir setiap orang pada hari ini.
Apapun yang terjadi, smartphone harus berada di genggaman. Hal
tersebut dapat berdampak buruk bagi penggunanya. Kenapa? Karena dengan begitu,
proses sosialisasi dengan kerabat, keluarga, bahkan saudara menjadi kurang efektif
sehingga tidak ada jalinan kedekatan satu sama lain. Begitu pun dengan
anak-anak. Kehadiran gawai justru menjadi momok menakutkan untuk perkembangan anak. Alih-alih memberikan
anak permainan agar tak merengek, orang tua dengan mudahnya memberikan gawai
kepada buah hati. Hal ini justru membuat anak menjadi kecanduan bermain gawai
dan dampak yang diterima justru tidak baik.
Tak bisa dipungkiri,
kehadiran smartphone merubah sistem
pola pikir anak. Jika dahulu anak gemar bermain bersama teman sebayanya, kini
mereka sibuk dengan gawainya masing-masing dan tak peduli dengan orang
disekitarnya.
Tentu kejadian seperti
ini ada penyebabnya. Hindari penyebab-penyebab anak kecanduan gawai. Apa
sajakah penyebab serius yang membuat anak kecanduan gawai? Berikut kami sajikan
ulasannya.
1. Kesibukan
Sesibuk apapun Anda,
luangkan waktu untuk berintraksi dengan anak! Biasanya, kedua orang tua yang
bekerja membuat anak kesepian dan sebagai gantinya orang tua justru memberikan
gawai kepada anaknya. Justru perilaku tersebut membuat anak jadi kurang
perhatian.
Lama-kelamaan, anak
akan kecanduan gawai dan mereka merasa aneh bila tidak ada gawai di tangannya.
Kondisi akan bertambah parah jika anak menganggap gawai adalah teman
satu-satunya yang mereka punya.
Sebisa mungkin, luangkan
waktu untuk bermain dengan anak. Ajak mereka berintraksi dan pergi berlibur
jika ada waktu luang. Tak ada salahnya, selepas kerja untuk menemui anak dan
mengajaknya untuk bermain. Peran orang tua tak serta merta hanya mencari uang.
Mereka juga harus aktif memantau perkembangan anak.
2. Lingkungan Hidup
Bagi Anda yang hidup di
lingkungan perkampungan, kehadiran gawai bukanlah masalah besar untuk
perkembangan anak. Pada umumnya, anak-anak yang tinggal di kampung kehidupannya
masih normal dan sering bermain dengan teman sebayanya. Mereka cenderung
bersosialisasi secara aktif, tidak pasif seperti anak-anak yang tinggal di
perkotaan.
Biasanya, anak-anak
yang tinggal di perkotaan, khsususnya mereka yang tinggal di komplek memiliki
kecenderungan pasif berkomunikasi dengan tetangga. Sikap acuh dan tak peduli
dengan sesama membuat pola pikir anak pun tumbuh sedemikian rupa.
Anak tak punya teman
untuk bermain, sehingga jalan satu-satunya yang diambil orang tua adalah dengan
memberikannya gawai. Justru hal tersebut sangat berdampak buruk bagi
pertumbuhannya.
3. Teknologi
Apakah Anda merasa jika
kehadiran teknologi kini didesain agar kita menjadi kecanduan? Ya, pengembangan
teknologi gawai sekarang ini memang diciptakan untuk membuat orang merasa
kecanduan terhadap penggunaan gawai tersebut.
Jika kita amati,
aplikasi-aplikasi memiliki kecendrungan yang membuat anak jadi lagi dan lagi
untuk menggunakannya. Sebut saja konten Youtube khusus anak-anak. Para konten
kreator membuat video yang memperlihatkan warna-warna terang yang menarik
perhatian anak.
Selain
warna, teknologi autoplay yang
memudahkan pengunaan, faktor kejut dan pembaruan, serta adanya notifikasi
menjadikan anak juga akan mudah mengalami kecanduan gadget tersebut.
(MDA)